MENU

Minggu, Maret 22

The Headmaster ( Tribute To Petrus Aburuhan )

Petrus Aburuhan. Ya, itu nama lengkapnya. Atau lebih dikenal dengan panggilan Pak Abu. Beliau adalah seorang Kepala sekolah SD Xaverius 13 Tanjung Sakti- Lahat- Sumsel, pada saat saya menjadi murid disana. Sosok seorang yang bersahaja dan tatapannya tajam jauh kedepan. Itu yang sungguh berkesan dalam ingatan saya tentang dirinya.
Tetapi, jauh dari hanya sekedar ingatan, ada banyak pelajaran berharga yang bisa didapat selama menjadi anak didiknya. Hanya saja...., ini baru saya sadari dalam beberapa tahun terakhir belakangan ini. Hehe..., Maafkan muridmu ini Pak Abu...
( Saya masih menjadi muridnya lho..., bukan mantan )

Apa saja pelajaran berharga itu ?
Walau usia tak lagi muda kala itu, tapi masih terlihat jelas, bahwa Beliau masih memiliki "energy" untuk berbuat baik kepada banyak orang. Berjalan kaki kurang lebih 1,5 km dari rumah tempat tinggalnya menuju Sekolah, tentu saja butuh tenaga. Disitu bisa kita lihat semangat "The Headmaster" untuk menjadikan murid-muridnya orang terdidik,ini patut kita teladani.
Tak hanya berhenti disitu, Pak Abu juga sangat peduli akan lingkungan. Tak heran jika SD Xaverius kala itu banyak terdapat tanaman - tanaman hijau.
Pernah suatu ketika, Pak Abu terlihat begitu gusar dan marah. Betapa tidak, pohon yang tumbuh hijau berdiri tegak di depan kantor sekolah, saat itu terlihat telanjang karena sebagian kulit dari pohon tersebut telah sengaja dirusak oleh murid yang bisa dikatakan, kenakalannya itu karena belum mengerti akan arti pentingnya alam sekitar. Dalam upacara senin pagi, Beliau mengatakan, bahwa "HATINYA MENANGIS MELIHAT ITU". Sebuah penyampaian amarah yang bijak menurut saya.

Jadi, dalam pikiran saya, jauh sebelum isu Global Warming atupun Go Green yang saat ini berkembang menjadi trend, Pak Abu telah memulainya dengan tindakkan nyata lebih awal. Hebat bukan...?
Hemm.. Think Globally, Act Locally....
Yuk... Kita-kita yang melajutkannya..

Nah, ini ada sedikit cerita lucu.
Kejadiannya pada saat saya masih duduk dibangku kelas 3 SD.
Entah siapa yang punya ide waktu itu. Singkat cerita, saya dan teman - teman (berlima) sepakat untuk tidak mengikuti upacara senin pagi. Semua kompak sembunyi dikolong meja kelas 3 pada saat upacara berlangsung. Sebetulnya tak ada yang bisa kami nikmati dari ulah konyol "Gank Kecil" ini, kecuali hanya bisa diam sambil menahan rasa pegal karena harus nongkrong dibawah meja. Ya... namanya juga masih anak-anak...
Beberapa menit berlalu, tiba-tiba terdengar hardik seseorang. Yang tentu saja kami sangat mengenal suara itu. Berdiri...! Berdiri...! Berdiri...! 3 kali sudah terdengar. Kamipun berdiri dengan rasa penuh katakutan ( ga sampai pipis dicelana sih...)
Ternyata benar, Bapak Kepala Sekolah telah berdiri di pintu kelas dan siap menghukum.

Cerita ini membuktikan, begitu perhatian Beliau kepada seluruh anak didiknya. Ia sangat tahu bahwa sebagian kecil muridnya tak ada didalam barisan upacara. Suatu tindakkan dan perhatian seorang kepala sekolah yang jarang ditemukan di sekolah lain yang ada di Tanjung Sakti.

Karena tulisan ini hanyalah untuk mengenang "The Headmaster" Bapak P. Aburuhan. Dan juga untuk terima kasih saya terhadap Beliau akan pelajaran2 berharga yang telah saya dapat, terutama tentang "Bagaimana kita harus Mencintai Alam Sekitar", maka tentu tentulah tak ada Epillogue atau kesimpulan akhir dari catatan ini. Mengenang dan berterima kasih kepada orang yang telah memberi kita sebagian bahkan banyak dari yang dimilikinya, hendaklah berlanjut tanpa sebuah kata akhir.

Terima kasih Pak Abu. Tenang dan Damailah disisiNya.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar